Sabtu, 07 Juni 2014

Tak Seharusnya

Tak Seharusnya

(Ending Story of Cinderella MoP)

sumber : disini
“Kalian udah saling kenal?” tanya Frisya yang aneh melihat kami.

“Dia anggota kelompokku saat Gathering beberapa hari yang lalu” jelas Albar

“Oh, sayangnya Aku udah gak boleh Pramuka lagi sih, kalo boleh mungkin kita ketemu di Gathering Shan.” Ucap Frisya.

Aku Melamun, Aku menyadari Aku tidak bisa menjadi pengagum ataupun memiliki seseorang yang sudah menjadi milik sahabatku sendiri.

“Oh ya, Shan.” Ucap Frisya membuyarkan lamunanku.

“Iya kenapa?” tanyaku.

“Katanya ada gebetan baru dari gathering ceritain dong.” Balasnya

“Iya? Siapa? mungkin Aku kenal?” tanya Albar.

Albar, Kamu pastilah mengenalnya karena kamulah orang yang aku maksud orang yang sudah menjadi milik sahabatku sendiri.


“Aku baru cari tau tentang dia, tapi kayaknya dia baru punya pacar deh.” Ucapku.

“Yah sayang banget ya, emang siapa?” balas Frisya.

“Ah, enggak. Udah lupain aja. Belum tepat aja waktunya.” Ucapku.

“eh iya, kayaknya Aku harus pulang sekarang nih.” Sambungku.

“Kok cepet banget, dateng telat pulang duluan, kebiasaan banget deh.” Ucapnya.

“Malem ini Aku mesti packing. Karena Aku besok Aku akan pergi ke Jogja selama liburan.” Balasku lalu dengan cepat pergi untuk menyeka air mataku.

“Oh, yaudah deh. Hati – hati ya!” ucap Frisya melambaikan tangan kearahku.

Di perjalanan pulang Aku berjalan cepat, tak peduli air mata yang masih terus mengalir. Aku raih handphone yang berada di saku jaket baseball yang Aku kenakan malam ini. Dengan lihainya jemariku membentuk kata – kata di handphone-ku. Aku mengatakan apa yang ada di dalam hatiku, semuanya, termasuk kesalahanku mencintai orang yang salah dan mengirimkannya pada Frisya.

Belum lama pesan itu sampai ke handphone Frisya, Frisya mencoba mengejarku dan meraih tanganku.

“Shania!” ucapnya.

“Kenapa?” tanyanya.

Aku hanya menggeleng.

“Shania!” teriaknya.

“Cukup! Aku mengaku.” Ucapaku lalu dengan jeda yang cukup panjang.

“Aku menyukai dan mengagumi Albar sebelum mengetahui siapa dia.” Sambungku tertunduk lesu.

“Shania.” Panggil seseorang pelan di belakang Frisya yang ternyata adalah Albar.

Aku yang menyadari hal itu, segera berlari dengan air mata yang tumpah ruah tapi Frisya segera menangkapku dan memelukku.

“Shan? Aku tahu kamu menyukainya, Tapi...” ucap Frisya terhenti dan masih memelukku. Aku menarik nafas menenangkan diri.

“Aku tetap sahabatmu dan Aku akan coba untuk berhenti mengagumi Albar.” Balasku dengan yakin. Frisya dan Albar yang mendengarnya pun tersenyum.


2 komentar:

Thank's udah luangin waktu buat baca artikelKUTU. "Pembaca yang baik adalah penbaca yang dapat memberikan komentar". pepatah jepang mengatakan "satu perkataan baik dapat menghangatkan dua musim dingin" jadi berkomentarlah yang baik dan sopan. tanpa pembaca yang berkomentar blog ini bukanlah apa - apa. ~salam GAmartia (@GalihAmartia)