Tak Seharusnya
(Ending Story of Cinderella MoP)
sumber : disini |
“Dia anggota kelompokku saat Gathering
beberapa hari yang lalu” jelas Albar
“Oh, sayangnya Aku udah gak boleh Pramuka lagi sih, kalo boleh mungkin
kita ketemu di Gathering Shan.” Ucap
Frisya.
Aku Melamun, Aku menyadari Aku tidak bisa menjadi pengagum ataupun
memiliki seseorang yang sudah menjadi milik sahabatku sendiri.
“Oh ya, Shan.” Ucap Frisya membuyarkan lamunanku.
“Iya kenapa?” tanyaku.
“Katanya ada gebetan baru dari gathering ceritain dong.” Balasnya
“Iya? Siapa? mungkin Aku kenal?” tanya Albar.
Albar, Kamu pastilah mengenalnya karena kamulah orang yang aku maksud orang yang sudah menjadi milik sahabatku sendiri.
“Aku baru cari tau tentang dia, tapi kayaknya dia baru punya pacar deh.”
Ucapku.
“Yah sayang banget ya, emang siapa?” balas Frisya.
“Ah, enggak. Udah lupain aja. Belum tepat aja waktunya.” Ucapku.
“eh iya, kayaknya Aku harus pulang sekarang nih.” Sambungku.
“Kok cepet banget, dateng telat pulang duluan, kebiasaan banget deh.”
Ucapnya.
“Malem ini Aku mesti packing.
Karena Aku besok Aku akan pergi ke Jogja selama liburan.” Balasku lalu dengan
cepat pergi untuk menyeka air mataku.
“Oh, yaudah deh. Hati – hati ya!” ucap Frisya melambaikan tangan
kearahku.
Di perjalanan pulang Aku berjalan cepat, tak peduli air mata yang masih
terus mengalir. Aku raih handphone
yang berada di saku jaket baseball yang Aku kenakan malam ini. Dengan lihainya
jemariku membentuk kata – kata di handphone-ku.
Aku mengatakan apa yang ada di dalam hatiku, semuanya, termasuk kesalahanku
mencintai orang yang salah dan mengirimkannya pada Frisya.
Belum lama pesan itu sampai ke handphone
Frisya, Frisya mencoba mengejarku dan meraih tanganku.
“Shania!” ucapnya.
“Kenapa?” tanyanya.
Aku hanya menggeleng.
“Shania!” teriaknya.
“Cukup! Aku mengaku.” Ucapaku lalu dengan jeda yang cukup panjang.
“Aku menyukai dan mengagumi Albar sebelum mengetahui siapa dia.”
Sambungku tertunduk lesu.
“Shania.” Panggil seseorang pelan di belakang Frisya yang ternyata
adalah Albar.
Aku yang menyadari hal itu, segera berlari dengan air mata yang tumpah
ruah tapi Frisya segera menangkapku dan memelukku.
“Shan? Aku tahu kamu menyukainya, Tapi...” ucap Frisya terhenti dan masih memelukku. Aku menarik nafas menenangkan diri.
“Aku tetap sahabatmu dan Aku akan coba untuk berhenti mengagumi Albar.”
Balasku dengan yakin. Frisya dan Albar yang mendengarnya pun tersenyum.
Owalah, cuma diambil endingnya aja ya
BalasHapuse... itu ada awalnya-_-
Hapus